Dunia BROADCAST yang bikin BAPER.... WHY???
Welcome
BACK to My Blog “Muanisnya mua”,…
Kali ini
saya mau curhat tentang seputar dunia broadcasting menurut sudut pandang saya.
OK, asal
tau aja ini berdasarkan pengalaman hidup saya. Saya kuliah di Akademi
Broadcasting BSI dan Alhamdulillah lulus D3.
Awal mula
saya memutuskan kuliah di bidang ini bukan karena saya kepengen jadi artis??
Model?? Atau pun sutradara…
Lulus
dari MAN / SMA dgn Jurusan IPA membuat saya berfikir cukup Panjang, kenapa
kebanyakan teman-teman saya yang jurusannya IPA lebih memilih ke Jurusan yang
sama saat kuliah dengan kategori Ilmu Pasti atau Pendidikan di Bidang MIPA, dan
Pendidikan adalah Primadona / pilihan favorit dari beberapa teman saya atas
saran Orang tua nya yang juga seorang guru.
Dan yang
memilih jurusan MIPA kategori Ilmu pasti hanya segelintir orang saja yang
minat, dan alhasil saya cukup berbangga buat temen2 saya yang sekarang kerja
sebagai Engineer, Ahli Kimia dan Ilmuwan dan Dosen. Applause buat kalian
Dari situ
saya berfikir, bukan pesimis, tapi apa yang saya sukai saat ini dan 3 tahun
yang lalu berbeda.
Dulu saya
ingin masuk IPA karena ingin sekolah yang ada tugas lab nya biar kaya ilmuwan,
tapi setelah menjalani hari2 saya menjadi murid yang rajin sekolah, kutu buku,
dan susah payah dalam belajar dengan tidak banyak bermain membuat saya tidaklah
menjadi anak yg pintar dari 10 besar rangking. Rangking saya selalu di 15 besar
itupun saya sudah bela2in les di luar sekolah untuk dapet nilai yang bagus saat
Ujian Nasional.
Kenapa
teman2 saya yg terlihat malas di kelas, nyontek sama si pintar yang selalu
rangking di 5 besar, ikutan rangking di 10 besar? Saya merasa dunia ini tak
adil saat itu.
Ketika
saya menjadi siswa IPA Saya pernah mengikuti ekstrakulikuler pramuka, dan mulai
bergaul dengan anak IPS dan Bahasa, kok hidup mereka lebih santai dan seperti taka da beban ya?
Pernah
saya membaca buku IPS mereka, dan menemukan kata Sosiologi dan Komunikasi,
kedua kata kunci penting inilah yang menjadi titik balik dari hidup saya.
Mungkin selama ini, komunikasi saya dengan beberapa teman2 saya di Kelas IPA
kurang, saya lebih menikmati ber komunikasi dengan teman2 saya di pramuka.
Dari
situlah saya memutuskan untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi apapun itu
kampusnya yang penting coba ikut Ujian SPMB Nasional, dan saya keterima di
Kampus UIN Sunan Kalijaga di Bandung, Jawa Barat. Saat itu karena kendala dana
yang belum ready tepat pada deadline pendaftaran ulang kampus itu, ayah saya
memberi saya 2 pilihan, mau istirahat ga kuliah dulu atau boleh kuliah tapi di
kampus lain yang pembayaranya bisa fleksibel alias di cicil.
Akhirnya
pilihan saya jatuh di BSI yang saat itu punya jangka waktu cicilan uang Gedung
3 bulan, dan ayah saya menyanggupinya, “Ga apa2 mahal, yang penting bayarnya
bisa santai”
Dan saat
itu di BSI akademi komuikasinya lebih spesifik, ada 3 pilihan, Broadcasting,
Advertising dan Public Relation. Saya coba tanya ke tetangga depan rumah saya,
kebetulan dia kuliah di IKJ (bidangnya Broadcast), agak sedikit ikut2an sih
karena saya tidak begitu paham dengan Advertising dan Public Relation, karena
saya tipenya pemalu diarahkanlah saya di broadcasting, katanya ini jurusan
bikin kamu jadi orang2 yang kerja di belakang layar.
Intinya
saya pengen tau, apa saja sih yang akan dipelajari dalam Ilmu Komunikasi?
Katanya nanti di broadcasting pasti ada pelajaran yg membahas Komunikasi,
sepolos itulah saya….haha
Di kampus
ini, ada 2 kelas: Kelas Pagi dan Malam. Saat itu saya masuk kuliah pagi yang
isinya anak2 baru lulus kaya saya yang totalnya hampir 100 orang. Seiring
berjalanya waktu dan semester, satu per satu banyak yang tidak masuk ke kelas,
ternyata di kelas broadcast ini banyak sekali tugas kelompoknya. Saat itu, saya
masih mencoba beradaptasi dan mengenali karakter mereka yang lebih banyak
cowoknya daripada ceweknya.
Mereka
yang ga punya alat seperti kamera, harus mau bergabung ke kelompok yang punya
kamera agar bisa selesai, mau ga mau kan keliatan mana si Kaya dan si Miskin
disini. Ya, harus mau keliatan jadi pengemis sih agar tugas2 yang pake alat
bisa diselesaikan bareng2.
Setelah
semester 3 saya memutuskan mencari pekerjaan untuk bisa nambahin uang kuliah,
akhirnya saya putuskan untuk pindah ke kelas malam yang isinya para hardworker
yang sudah berpengalaman di TV Swasta, otomatis mereka ini tipe yang dewasa2
semua. Saya menjadi yang paling junior disini.
Seperti
biasa, saya harus ngemis2 untuk gabung saat ada kerja kelompok ya. Kalau dulu
di kelas pagi karena seumuran mungkin lebih santai ya, saling kerja bareng
bikin tugas tanpa ada rasa mengintimidasi.
Nah,
kalau di kelas karyawan, ada segelintir orang yang tau nya terima beres, ada
yang bikin video, ada yang edit dan kebetulan karena saya anak bawang, lebih
cenderung dapat jatah bikin papernya, enak sih kaya bagi2 tugas, tapi jadinya
kita kaya spesialis di job kita masing2, jadi jangan harap yang biasa pegang
paper (bikin penulisan) ngerti caranya megang kamera, jangan harap juga yang
biasanya nulis naskah atau paper bakalan
bisa jadi reporter tampil di depan tv, padahal ini kan proses belajar,
harusnya ngerti lah dikit2. Ya emang bener sih, jadinya saya kerja di belakang
layar setelah selesai semua tahap pasca produksi.
Tapi
tetep aja semasa saya kuliah, nyoba ngelamar magang di tv, radio, koran
berharap jadi tim produksi atau jurnalis, tetep aja ga pernah ada panggilan apa
lagi kesempatan dapat rekomendasi dari temen2 saya yg uda kerja di TV. Saya sepertinya
Cuma dianggep anak bawang yang ga bisa apa2, ga kuat kerja keras. Jadi selama
ini saya sudah mengorbankan diri jadi kacung mereka yang bikin paper di
berbagai tugas, ga cukup menjadi modal dasar saya untuk menjilat mereka.
Mungkin mereka pun di TV juga ga punya koneksi yang kuat buat masukin orang,
secara emang ada gitu kameraman naik pangkat atau jabatan? Pasti ga ada lah…
jadi budak tv semua mereka itu mah.
Yang
tambah ngenes lagi, saat ada open recruitment di sebuah tv swasta yang menerima
semua pendaftaran dari berbagai macam jurusan, BUKAN BROADCAST doank. Jadilah
persaingan ketat antara mahasiswa yang udah mati2an belajar jadi tim produksi
dengan mahasiswa yg ga ngerti sama sekali dasar2 broadcast.
Jadi
jangan harap Kalian di terima di tv swasta tanpa ada nya koneksi yg kuat dengan
org2 yg kerja di TV. Mungkin ada yg bisa masuk dgn usaha sendiri, tapi ya harus
punya portofolio atau prestasi.
Karena
Uda putus asa sama tv, saya mencoba magang di radio dan PH hasilnya masih
nihil, karena saya ga punya skill yg spesial dan harus siap mental
begadang di hari pertama magang. Karena
Uda capek ga ketolongan, Saya putuskan untuk nyerah pada dunia broadcast
Komentar
Posting Komentar